Wednesday, April 27, 2011

Saturday, April 2, 2011

::. Sedar .::

Assalamualaikum...

Di Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat di Indonesia. Dah pukul 4.20 petang. Saya dalam perjalanan pulang dari kampus. Jadual kuliah yang tidak menentu, membuat saya selalu pulang lambat dan tak menentu. Yap, hari ini agak menjemukan dan disertai penat yang amat sangat. Ketika warna langit tampak mendung. Rintik-rintik hujan mulai turun dengan semakin lebat.

Saya mencari tempat berlindung. Untunglah, ada penjual nasi goreng dekat tepi jalan, mempunyai  khemah sederhana besar.  Alhamdulillah, bisik hati saya. Segera saya berteduh, menjumpai bapa penjual yang sendirian ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala.

Dia mempersilakan saya duduk. "Di sini saja dik, daripada kehujanan...," begitu katanya saat saya meminta izin berteduh. Basikal berwarna hitam diletak di tepi jalan terbiar basah dibasahi hujan.

Hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat kerana merasa tak nyaman dan tak senang dengan atas kebaikan bapak penjual, saya berkata dalam loghat Indonesia, "minta tolong bikin nasi goreng, pedasnya sedang ya pak, dimakan di sini aja”.

Bapak itu tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia nampak sibuk. Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk diracik. Terlihatlah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar. Tangannya cepat sekali meraih botol kicap dan segenap bumbu. Segera sekelip mata sahaja, nasi goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula sepi mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?" Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya..." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam.

"Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah, rejekinya jadi berkurang dong ya?" Duh. Pertanyaan yang bodoh. Kenapa terkeluar pertanyaan itu. Tentu sahaja tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu terasa dibenak saya, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru sebab terlalu penat...

"Allah swt itu tidak tidur dik", begitu ringkas katanya. "Rejeki saya ada di mana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun tidak lebar, tapi lumayan lah tanahnya." Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini kerja angkutan (angkut: macam bas RapidKL cuma bentuk van warna merah) pasti bisa dapat rejeki lebih kalau besok masih hujan...".

Pergh... aduh, hati saya tergetar, Bapak berkata itu benar, "Allah swt itu tidak tidur".  Allah swt memang Maha Kuasa, yang tak pernah berehat buat hamba-hambaNya. Maknanya terlampau dalam, membuat saya banyak berfikir dan menyedari kekerdilan saya di hadapan Allah swt.

Malah saya tadi berfikir semasa mulai hujan, bahawa hujan adalah sangat menyusahkan dan membantutkan aktiviti ‘outdoor’. Saya juga berpendapat, bahawa saat ada ujian yang menimpa, maka itu ertinya saya cuma harus bersabar. Namun saya keliru. Hujan, memang boleh menjadi bencana, namun rintik-rintiknya boleh menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairkan. Derai hujan mungkin boleh menjadi petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebahagian orang yang kerja membawa angkutan.

Hmm... saya makin bergegas untuk menyelesaikan nasi goreng itu sebab solat asar belum dilaksanakan lagi. Beribu fikiran seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak di benak saya. "Ya Allah, Engkau Memang Tak Pernah Berehat" Untunglah, hujan telah semakin reda, dan saya pun telah selesai makan dan jam di tangan menunjukan pukul 5.10 petang.  Sudah lewat. Di Jakarta waktu Magrib 1 jam awal dari Semenanjung Malaysia jadi waktu Magrib kira-kira jam 6 lebih.

Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat di hati, Allah tidak pernah tidur...
“Allah tidak pernah tidur...” yap, itu pasti... tapi kali ini, kalimah ini istimewa.

Begitulah, kali ini saya takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya. Allah swt memang selalu mempunyai banyak rahsia, dan mengingatkan kita dengan cara yang tak diduga. Selalu saja, Dia memberikan CintaNya kepada saya melalui hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.

Dulu, saya berharap, boleh melewati setiap tahun dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan. Namun, rupanya tahun ini Allah swt punya rencana lain buat saya. Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan ini. Dan kali ini Allah swt pun tetap memberikan saya antara yang terbaik. Saya tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa. Sedar! 

^___^

Wallahu'alam bisthoowab...~





.:::ANNAEM:::.
-jakartabarat-
-sabtu, 1440, 02042011-