Sunday, November 14, 2010

::. Jangan Merendahkan Martabat dan Kehormatan .::




Apakah anda pernah mencela –cela atau merendahkan martabat dan kehormatan  sesuatu walaupun berkias-kias, kata-kata atau menggunakan saluran yang lain seperti blog, surat khabar dan lain-lain misalnya kepada manusia lain, makanan,  minuman dan lain-lain?, atau anda pernah menjadi menjadi mangsa celaan? Bagaimana rasanya? Jelas tidak menyenangkan bukan? Kalau tidak ‘merasakan’ memang anda ada masalah pada otak anda yang dikenali sebagai  ‘sakit jiwa’ atau lebih kasar anda memang seorang  manusia yang ‘gila’. Tapi kita tahu kita tidak seperti itu bukan... ^__^

Mencela adalah mengucapkan kata-kata yang merendahkan dan mempermain-mainkan orang lain menyebabkan orang itu tidak senang pada kelakuan itu dan dapat merendahkan harga diri orang itu kerana kehormatan dirinya telah direndahkan, yang tentunya orang yang dicela tidak menyukainya.  Perbuatan merendahkan martabat orang lain dan mencela jelas dilarang oleh Allah swt.

Allah swt berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. “

(QS Al Hujuraat : 11)

Sikap merendahkan kelompok lain atau individu sesama muslim adalah sikap yang jelas diharamkan Allah swt dengan firman-Nya.  Kenapa kita boleh bersikap demikian? Dan mana boleh kita berdiam diri menyaksikan ayat-ayat Allah swt yang suci ini dijadikan bahan permainan?

Panggilan yang buruk ialah gelaran  yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti ‘hai fasik’, ‘hai kafir’ dan sebagainya. Kita dilarang mencela orang lain kerana sesama mukmin adalah seperti  satu tubuh dengan anggota badan, kalau kita merendahkan martabat orang lain bererti sama sahaja dengan merendahkan martabat  kita sendiri.

Kemudian orang yang mencela biasanya adalah orang yang tidak menyukai kebaikan yang di lakukan oleh orang lain.

”(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan mencela orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.”

(QS  At-Taubah :  74)

Di dalam celaan terdapat unsur merendahkan, meperlecehkan, ejekan dan penghinaan terhadap orang lain walaupun secara berkias-kias. Mencela  dapat menghilangkan optimism, harga diri dan kreativiti orang lain.

Jika ada mendengarkan seorang muslim  mengatakan tentang saudara muslim lainnya sesuatu yang tidak disuka, jangan segera membenarkan perkataan tentang saudaranya itu. Kewajibannya adalah untuk melakukan ‘tatsabbut’ (klarifikasi) sehingga dirinya mendapatkan keyakinan tentangnya, sebab, kebanyakan manusia telah terbiasa menyebar luaskan keburukan secara batil, dan banyak pula manusia yang ‘suudzan’ (buruk sangka) nya lebih cepat daripada ‘husnuzhan’ (berbaik sangka) nya. Oleh kerana itu, jangan membenarkan setiap perkataan, walaupun dirinya mendengarnya berulang kali sehingga dirinya mendengarnya dari yang menyaksikan secara langsung, dan jangan membenarkan orang yang menyaksikannya secara langsung sehingga dirinya memastikan kebenaran atas apa yang disaksikannya, dan jangan membenarkan orang yang telah membuktikan kesaksiannya sehingga dirinya memastikan kebersihannya dari sumber khusus dan hawa nafsu. Untuk inilah Allah swt  memerintahkan kepada kita untuk menjauhi banyak persangkaan buruk, dan memandang sebagian persangkaan itu sebagai dosa, sebab ia membelakang dengan ilmu dan ia tidak memberi erti apa-apa terhadap kebenaran

Allah swt berfirman,

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.”

 (QS Al-Hujurat:  12)

“Wahai orang-orang yang beriman dengan mulutnya, sementara keimanan belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian melakukan ghibah (tuduhan palsu/fitnah) terhadap kaum muslimin, dan jangan pula mencari-cari auratnya, sebab, siapa saja yang mencari-cari auratnya, maka Allah swt akan mencari-cari auratnya, dan siapa yang dicari-cari auratnya oleh Allah swt. Nescaya Dia akan membuka walaupun ia berada di dalam rumahnya.”

(HR  Abu Daud)

Marilah kita semua berdoa dan berusaha agar lebih dapat menjaga lidah dan hati kita agar tidak merendahkankan martabat dan kehormatan manusia dan makhluk Allah swt yang lain.

Wallahu’alam…~




.:::ANNAEM:::.
-jakartabarat-
-ahad, 2110, 14112010-

No comments: