Friday, November 5, 2010

::. Taklim Ustaz Muchlis Abdi -2 Nov 2010 .:: Part 2

sambungan Hak dan Nilai Nyawa Seorang Muslim....

Kehidupan dan kematian adalah urusan Allah swt, “Yang menjadikan mati dan hidup.” sekaligus sunnahNya, ada hidup, ada mati, ada kelahiran, ada kematian, sesuatu yang lumrah dan biasa terjadi, siapa yang ditakdirkan ada maka dia akan lahir sebagai penghuni baru kehidupan, siapa yang ditakdirkan ajalnya maka dia akan masuk sebagai penghuni baru perut bumi, namun yang kurang biasa dan terasa ganjil adalah saat kematian seseorang diakibatkan oleh sebuah  perbuatan pembunuhan yang dilakukan oleh orang lain terhadap orang lain, lebih kurang biasa dan lebih ganjil lagi manakala hal tersebut terjadi dalam jumlah yang banyak dan selalu.

Sering sekali, di surat khabar kita membaca, di TV kita melihat, di sekeliling kita menyaksikan,  banyak berita seseorang membunuh diri atau dibunuh, dan hal ini tidak sekali atau dua kali, berkali-kali dan di berbagai tempat. Lebih banyak lagi, sebagian dari kes pembunuhan yang terjadi, dilakukan dengan cara yang menunjukkan kekejaman dan kebengisan, mengisyaratkan bahawa pelaku menyimpan niat dan juga dendam, di antara mangsa ada yang dimutilasi atau dibakar atau diperkosa atau mangsa dirampas hartanya. Bulu roma meremang dan jiwa bergetar mendengarkannya. Sedemikian bengiskah manusia di zaman yang katanya maju dan modern ini? Ya Allah, betapa mudahnya orang bertindak kejam mengalahkan jahiliyah masa lalu. Yaa Rabbi, alangkah murahnya nyawa di bawah undang-undang “made-by” manusia yang menganggap dirinya lebih pandai dan lebih tahu dariMu Ya Rabbi?

Nilai Sebuah Nyawa dalam Agama Islam part 2.

Allah swt mendudukkan pelanggaran terhadap darah seorang muslim sebagai dosa yang urutannya setelah pelanggaran terhadap hak utamaNya, iaitu dosa syirik. Allah berfirman, “Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, nescaya dia mendapat (balasan) dosa”
 (QS Al-Furqan: 68).

Allah swt juga menetapkan ancaman yang sangat keras atas siapa pun yang mempermainkan nyawa orang lain tanpa perasaan takut dan bersalah kepadaNya. Allah Ta'ala berfirman, “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”
 (QS An-Nisa: 93).

Perhatikanlah wahai muslim, Allah swt menetapkan ancaman atas pembunuh seorang muslim dengan sengaja. Pertama, neraka Jahannam. Kedua, kekal di dalamnya, maksudnya berdiam di dalamnya dalam waktu yang lama sekali. Ketiga, murka. Keempat, laknat atau kutukan. Kelima azab yang pedih. Sebuah kejahatan dengan lima bentuk ancaman semacam ini, apakah tidak layak diklasifikan sebagai kejahatan yang sangat berat?

Allah swt mengibaratkan pembunuhan terhadap jiwa yang terjaga seperti pembunuhan terhadap kemanusiaan, hal ini kerana sudah dimaklumkan, bahawa bila sebuah pintu kejahatan mulai dibuka oleh seseorang, maka pintu tersebut sulit untuk ditutup dan setelahnya dijamin ada orang yang memasukinya untuk kedua kalinya, ketiga kalinya dan seterusnya.

Firman Allah swt,

“Oleh kerana itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan kerana orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan kerana membuat kerosakan di muka bumi, maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya, Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya....”
(QS Al-Maidah: 32).

Bila dosa-dosa lain hanya berkaitan dengan hak Allah sehingga taubatnya kembali kepadaNya, atau berkaitan dengan hak sesama, sehingga perkaranya kembali kepada pemilik hak, atau berkaitan dengan dua pihak: Allah dan manusia, maka dosa pembunuhan ini berkaitan dengan tiga pihak: hak Allah, hak korban dan hal ahli waris korban. Berkaitan dengan hak Allah, karena Allah sebagai peletak syariat telah mengharamkan perbuatan ini dengan sangat keras. Berkaitan dengan hak korban, karena dia sebagai korban, lha apa dosa korban sehingga dia harus diragut nyawanya? Berkaitan dengan hak ahli waris korban, kerana mereka adalah pihak yang dirugikan, Ibu bapa kehilangan anak,  isteri menjadi janda dan anak-anak menjadi yatim tanpa dosa yang mereka perbuat.


Rasulullah saw juga telah mengharamkan darah seorang muslim kecuali kerana tiga alasan.

“Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahawa tiada Tuhan yang hak selain Allah dan bahawa aku adalah utusan Allah, kecuali kerana salah satu dari tiga alasan; pezina muhshan, jiwa dengan jiwa dan orang yang meninggalkan agamanya, penyempal dari jamaah.”
(Muttafaq alaihi, al-Bukhari no. 6878 dan Muslim no. 4351.)

Ditetapkannya qisas atas pembunuhan yang disengaja adalah bukti mahalnya nyawa dalam agama Islam, sehingga orang-orang yang berhati tidak berbelas kasih dan tidak berperikemanusiaan mengambil pelajaran, menahan diri dan takut bila mengetahui ancaman hukuman yang dialamatkan kepadanya, dengan demikian kehidupan akan terjaga dan kemanusiaan akan terpelihara. Inilah yang dinyatakan secara tegas oleh Allah swt di hadapan orang-orang yang berakal dan mahu menggunakan akalnya.

Firman Allah swt, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh…” Sampai kepada, “Dan dalam qishaash itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.”
 (QS Al-Baqarah: 178-179).

Sekalipun pembunuhan terjadi kerana salah atau tidak disengaja, tetap nyawa korban tidak disia-siakan, dijamin ganti rugi (diyat) yang harganya tinggi dan pelakunya harus membayar kaffarat sebagaimana dalam firman Allah swt, “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin kerana tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya, kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah.”
 (QS An-Nisa: 92).



Wallahu’alam…~




.:::ANNAEM:::.
-jakartabarat-
-jumaat, 1730, 05112010-

No comments: