Monday, January 31, 2011

::. TanggungJawab Dalam Keluarga .::



.::Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang ::.


Assalamualaikum...~





Sungguh, baiknya umat Islam hanyalah dapat diraih dengan cara kembali kepada ajaran Islam yang lurus itu sendiri. Baik dalam permasalahan aqidah, cara pengajaran mahupun aturan kehidupan. Ajaran Islam seharusnya dipraktikkan dalam seluruh aspek kehidupan, kemasyarakatan, ekonomi mahupun politik. Asas dari seluruh elemen masyarakat adalah sebuah keluarga muslim. Pembinaan (Tarbiyah) keluarga muslim berujud pendidikan Islam dan pelaksana utama dari pendidikan ini adalah bermula dengan seorang ibu muslimah dan ayah yang muslim.



Tegaknya sebuah keluarga muslim memberikan andil yang sangat besar bagi terlaksananya dakwah islamiyah. Islam sendiri memberikan tanggung jawab yang begitu agung kepada keluarga baik dia seorang ayah mahupun ibu untuk memberikan pendidikan, pengetahuan, dakwah dan bimbingan kepada anggota keluarganya.



Ali bin Abi Thalib ra dan Ibnu Abbas ra menyatakan “Berikan pendidikan, ajarilah dengan ketaatan kepada Allah, serta takutlah dari kemaksiatan. Didiklah anggota keluargamu dengan dzikir yang akan menyelamatkan dari api neraka”



 ( Ibnu Katsir dan At Tabari).


Berkaitan dengan tanggung jawab keluarga muslim ini Nabi Muhammad saw menerangkan secara umum tanggung jawab seorang pemimpin.



“Ketahuilah bahawa kalian semua adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian. Pemimpin di antara manusia dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Lelaki  adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin dalam rumah tangga serta anak-anak suaminya dan dia akan ditanya tentang mereka. Budak/ pembantu / hamba adalah pemimpin dari harta tuannya dan dia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah bahawa kamu sekalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang tentang kepemimpinannya”



(HR  Bukhari)







Tanggung jawab yang disebut pada hadith di atas bersifat umum dan menyeluruh. Tanggungjawab seorang suami tidaklah hanya sebatas memenuhi keperluan material sahaja, demikian halnya dengan seorang isteri. Ia tidaklah hanya bertanggungjawab terhadap kebersihan rumah, atau menyiapkan makanan semata. Akan tetapi keduanya dari kedudukan yang berbeza mempunyai tanggungjawab terhadap pendidikan keimanan keluarga termasuk di dalamnya tanggung jawab dakwah.



Al Qur’an dan Hadith sumber pedoman kita menegaskan tanggungjawab kedua ibubapa dalam aktiviti keluarga dan pengaruhnya terhadap anak. Seorang isteri memiliki tanggungjawab yan berbeza dengan dengan suami. Dan ia adalah pemimpin sebagaimana yang disinggung dalam hadith tadi. Secara nyata tanggungjawab seorang isteri terhadap rumah tangga dan anak-anak suaminya sangatlah luas. Panjangnya kebersamaan seorang ibu dengan anak secara automatik memberikan warna tersendiri bagi perkembangan pendidikan fisik maupun mental dari si anak.



Apabila kita timbang tanggungjawab seorang suami dengan seorang isteri maka akan kita dapatkan bahawa tanggungjawab seorang isteri sangatlah besar kerana dialah yang melahirkan anak, menyusuinya, dan menemani serta mendidik anak dari jam ke jam, hari ke hari. Bahkan ketika seorang anak masih kecil, kemudian berkembang menjadi remaja dan menjelang dewasa, di dalam rumah mahupun di luar rumah ibu senantiasa mewarnai bentuk kehidupan anak hingga mungkin ayah telah tiada maka ibulah yang tetap mendampingi puteranya untuk menghadapi masa depan. Inilah hikmah diperintahkannya wanita untuk berada di rumahnya.



“Dan hendaknya kalian tinggal di rumah-rumah kalian”



 (QS Al Ahzab: 33)



Inilah sebagian tanggung jawab yang diberikan oleh Islam kepada keluarga.
“Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka”



 (QS At Tahrim: 6)




Dalam kehidupan keluarga sudah seharusnya saling mengisi dan memberi dalam suasana apapun. Kerana keluarga merupakan unit yang teramat kecil dalam kehidupan sosial masyarakat, baik buruknya sebuah keluarga merupakan cermin dari kehidupan bermasyarakat. Sebuah keluarga yang baik bermaksud mendukung berdirinya bagai sebuah masyarakat yang baik dan maju. Maka dari itu ciptakan keluarga yang baik, ideal dan harmoni. Namun dalam pembentukan keluarga yang harmoni perlu banyak dukungan dan pengertian yang cukup antara suami dan isteri dan juga anggota keluarga yang lain.



Apabila seorang ibu melahirkan, dia mengucapkan… "Subhanallah.. betapa besar rahmat Allah kepada mahluknya", desah seorang ibu yang baru saja keluar dari ruang bersalin dengan cucuran air mata dan peluh keringat didahinya. Empat puluh minggu sudah ia mengandung si buah hati yang telah dinanti-nantikannya. Pada akhirnya si buah hati hadir ke dunia dengan seizinNya. Dan tidak terasa, air mata pun menitis ketika pertama kali menyusui  si buah hati di dalam dakapannya. Terbayang dalam ingatannya, betapa besar pengorbanan ibu dan ayahnya yang telah membesarkannya. Rasanya, barulah ia sedar, apa sajakah yang telah ia berikan untuk kedua orang tuanya selama ini dan apa sajakah yang telah ia membalas terhadap kedua orang tuanya...?



Mungkin begitulah perasaan setiap anak yang baru saja merasakan peran barunya sebagai ibubapa. Islam sebagai agama yang sempurna mengatur hubungan ibubapa-anak ini. Dengan berpedoman kepada Al Qur'an dan As Sunnah, akan disebutkan bagaimana Islam mengatur hubungan ini.




Tanggungjawab ibubapa terhadap anaknya:
1. Berusaha menjaga anak dari gangguan syaitan sebelum dilahirkan
2. Mempunyai perhatian terhadap anak ketika masih dalam rahim ibunya
3. Menampakkan kegembiraan ketika anak dilahirkan
4. Azan ditelinga anak yang dilahirkan
5. Menyuapi anak yang dilahirkan dengan kurma yang dimamah
6. Memberikan nama yang baik
7. Menyembelih aqiqah, mencukur rambut anak
8. Mengkhitan
9. Menyusui
10.Memberikan pendidikan dan pengajian
11.Memberikan nafkah
12.Menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap anak
13.Memperhatikan keadaannya dan mengarahkannya untuk mendapat pekerjaan yang disukai
14.Melatih bekerja dan menghindarinya dari sifat malas
15.Menjaga kesuciannya dan menikahkannya di kala ia perlukan dan mampu
16.Menyamakan pemberian kepada anak




Islam telah memberikan tuntunan bagi umatnya di dalam menjalankan peranan kehidupannya sebagai ibubapa ataupun sebagai anak. Begitu sempurnanya ajaran Islam, sehingga seorang anak telah dijaga keselamatannya sebelum menjadi calon bayi dan ketika menjadi janin pun telah diperhatikan, misalnya dengan sering mengajak berbicara atau membacakan Al Qur'an ketika anak masih terbungkus di dalam rahim ibunya. Dan di saat kelahirannya pun,disyariatkan dalam Islam untuk menyambut gembira atas berita kelahiran. Kemudian mengenalkan kalimat Allah pada pertama kalinya dengan mengumandangkan azan pada telinga kanan dan iqamat pada telinga kiri. Lalu memamahkan kurma untuk membersihkan langit-langit mulut sang anak.



Dan pada hari ketujuh, dianjurkan menyembelih aqiqah, mencukur rambut yang kemudian bersedekah seberat timbangan cukuran rambutnya dan memberikan nama yang baik. Yang tidak lain mempunyai hikmah sosial dan kebersihan.



Kemudian para ibu dianjurkan menyusui bayinya sampai umur dua tahun, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan untuk anak laki-laki diwajibkan khitan, yang tak lain adalah untuk kebersihannya.



Anak dibesarkan dengan lemah lembut, dengan kasih sayang, dan diberikan pendidikan, nafkah lahir dan batin. Terhadap anak perempuan, orang tua berkewajiban menghidupinya sampai ia bersuami. Sedangkan bagi anak lelaki, begitu memasuki akil baligh, ia berkewajiban menghidupi diri, sesuai dengan yang diajarkan oleh kedua ibubapanyanya. Dengan demikian untuk anak laki-laki, ia sudah mulai belajar bertanggungjawab. Sedangkan untuk anak perempuan, kesucian dan kemuliaannya akan tetap terjaga, dengan adanya tanggung jawab ibubapa kepadanya.

Tanggung jawab anak terhadap ibubapa:
1. Berbuat baik terhadap orang tua
2. Tidak durhaka kepada orang tua
3. Berbakti setelah keduanya meninggal





Sebagai anak, Allah swt perintahkan untuk berlaku baik kepada kedua orang tua, dan bila keduanya telah berusia lanjut, kita harus semakin berbuat baik kepadanya, tidak sepatah kata 'ah/cih' pun yang dibolehkan keluar dari mulut kita. Kerana termasuk dosa besar apabila kita durhaka kepadanya.
"Abu Hurairah meriwayatkan, bahawa ada seorang lelaki menghadap Rasulullah saw, untuk menanyakan siapakah orang yang lebih patut diperlakukan dengan baik? Maka jawab Rasulullah saw: "Ibumu". Ia pun kemudian bertanya lagi: "lalu siapa lagi?"  Maka jawab beliau tetap: "Ibumu". Ia pun bertanya lagi: Lalu siapa lagi? Jawab beliau tetap: "Ibumu". Lalu ia bertanya lagi: "Lalu siapa lagi?". Maka kali ini jawab beliau: "Ayahmu".



(HR Bukhari dan Muslim)





Allah juga menyuruh kita sebagai anak untuk bersyukur kepadaNya dan kepada ibubapa kita.
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada Ku lah kembalimu".



(QS Luqman: 14)




Dan begitu pula bila keduanya dipanggilNya pun, kita masih berkewajiban berbakti kepadanya iaitu dengan menshalatkannya. membacakan istighfar, melaksanakan wasiatnya, menghubungi keluarganya dan menghormati teman-teman keduanya.



Wallahu'alam...~







.:::ANNAEM:::.
-jakartabarat-
-isnin, 0920, 31012011-

Saturday, January 29, 2011

::. Sesungguhnya Aku Mencintaimu Kerana Allah SWT.::






.:: Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang ::.

Ya Allah, aku berdoa untuk seorang wanita, yang kelak akan menjadi bahagian dari hidupku,

Seorang yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu,
Seorang wanita yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau,
Seorang wanita yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU,

Wajah cantik dan sifat luaran tidaklah penting,
Yang paling penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai akan Engkau,
dan memiliki keinginan untuk mendekati  Engkau,
dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup,
sehingga hidupnya tidaklah sia-sia,

Seseorang yang memiliki hati yang bijak,
bukan hanya otak yang cerdas,
Seorang wanita yang tidak hanya mencintaiku,
tetapi juga menghormati aku,

Seorang wanita yang tidak hanya sebagai teman hidupku,
tetapi dapat juga menasihati ketika aku berbuat kesalahan,
Seorang yang mencintaiku bukan kerana apa yang ada pada diriku
tetapi kerana hatiku,

Seorang wanita yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi sama ada susah atau senang,
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang lelaki ketika berada di sebelahnya,
Aku tidak meminta seorang yang sempurna,
Namun aku meminta hanyalah dirinya,

Seorang wanita yang memerlukan dukunganku sebagai peneguhnya,
Seorang wanita yang memerlukan doaku untuk kehidupannya,
Seseorang yang memerlukan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya,
Seseorang yang memerlukan diriku untuk membuat hidupnya menjadi lebih sempurna,


Dan aku juga meminta,

Buatlah aku menjadi seorang lelaki yang dapat membuat wanita itu bangga dan bahagia,

Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU, sehingga aku dapat
mencintainya dengan cintaMU, bukan mencintainya dengan sekadar  kerana cintaku,

Berilah kekuatan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya,

Berikan aku yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU dan pemberi semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari,

Berikanlah aku senyuman yang manis dan menenangkan hatinya,


Dan apabila akhirnya kami akan bertemu nanti,
aku berharap kami berdua dapat menyatakan, mengungkapkan dan meluahkan dalam hati kami,
“Betapa besarnya Allah swt itu kerana Engkau telah memberikan kepadaku seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi lebih sempurna”,

Aku mengetahui bahawa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang tepat dan
Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kau telah tentukan,







Kerana sesungguhnya aku mencintai dirinya keranaMu  Ya Allah…~



Ameen...









.:::ANNAEM:::.
-jakartabarat-
-sabtu, 0644, 29012011-

Thursday, January 20, 2011

::. Menjadi Ibu Bapa atau ‘Bakal’ Ibu Bapa .::



.::Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang::.


Assalamualaikum...~

Ramai orang merasakan menjadi Ibu Bapa itu suatu perkara yang mudah namun sebenarnya tidak... Sebagaimana kita perlu banyak melakukan persediaan diri sebelum mencari pasangan hidup, begitulah juga kita sewajarnya melengkapkan diri sebelum merelakan untuk menjadi Ibu atau Bapa. Manusia dijadikan Allah swt berbeza dengan haiwan. Burung kalau nak bertelur Allah jadikan pandai mereka membuat sarang secara otomatis tanpa perlu belajar. Manusia secara fitrahnya memang berbeza dengan haiwan dimana manusia diwajibkan belajar termasuk belajar bagaimana untuk menjadi Ibu yang solehah dan menjadi Bapa yang soleh. Ibu dan Bapa mempunyai bertanggungjawab terhadap keluarga yang bakal dibina. Anak merupakan salah satu tanggungjawab dan amanah Allah kepada Ibu Bapa. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci yakni Muslim). Kedua-dua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi."
(HR Bukhari)

Menurut Imam Al-Ghazali ra pula, anak adalah seperti sebutir batu permata yang belum digilap. Ibu Bapalah yang akan mencanai dan menggilapnya sehingga menjadi berlian yang indah dan berkilauan. Jelas, Ibu Bapalah yang akan menentukan sama ada anak-anaknya "menjadi" atau tidak. Semua ibu bapa mahu membesarkan anak-anak mereka untuk menjadi insan yang mulia tetapi ramai yang tidak tahu cara yang berkesan untuk melakukannya.

Anak adalah permata hati di setiap Ibu Bapa. Tanpa kehadiran anak, bagi keluarga seperti sayur tanpa garam serta dalam bahtera rumah tangga, anak adalah suatu pemupuk perasaan antara ‘Ayah’ dan ‘Mak’ dan pasti setiap Ibu Bapa menginginkan anaknya tumbuh menjadi keperibadian dan ketrampilan yang baik dan mandiri. Ibu Bapa mempunyai terlalu banyak harapan kepada anaknya, tetapi apakah anak itu dapat menjalaninya dengan baik?

Untuk itu Ibu Bapa juga harus dapat memahami perkembangan anak tersebut, kerana anak itu bukannlah alat untuk memenuhi keinginan Ibu Bapa dan bukanlah manusia dewasa bersaiz kecil. Si Anak juga adalah seseorang yang dapat hidup sendiri dan mengatur kehidupannya, tapi sebagai Ibu Bapa, wajar kita mengkhawatirkan anak kita, hanya tergantung dari cara kita untuk dapat menyalurkannya berfikiran positif dan memberikan sedikit kebebasan, kiranya dapat menjadi ruang tumbuh bagi perkembangan mereka. Bukan dari cara kita yang selalu memarahi mereka tanpa alasan yang kukuh dan ingatlah bahawa ketika kita membentak mereka, maka akan tumbuh suatu sikap pemberontak dalam jiwanya. Apakah itu yang mereka inginkan terjadi pada anak?

Terjadinya pengabaian anak atau ‘child abuse’ dipengaruhi dari banyak faktor, salah satunya dari faktor internal, iaitu dari Ibu Bapa yang agresif dan impulsif dan juga dari Ibu atau Bapa tunggal dan ‘bakal’ Ibu Bapa muda yang belum siap memiliki anak. Dari sudut apapun, kekerasan sangat dilarang keras dan juga sangat dibenci oleh setiap orang tapi bagi sebahagian masyarakat malah menjadikan kekerasan adalah suatu kedisiplinan dalam cara mendidik anak. apakah dengan cara kita memukul anak dan membentaknya mereka akan langsung tunduk kepada kita? awalnya mungkin mereka akan takut dan menjadi seseorang yang paranoid tapi lama-kelamaan sikap itu akan berubah menjadi suatu pemberontak kerana didikan yang tersebut dapat memberi kesan pada mental anak.

Ada banyak cara untuk para Ibu Bapa mendidik anak mereka dengan cara positif dan yang paling utama adalah keperibadian dari Ibu Bapa tersebut dan kesiapan mereka dalam mendidik anak. Ibu Bapa juga harus dapat membahagi waktunya dengan baik antara keluarga dan pekerjaan kerana banyak terdapat banyak Ibu Bapa yang hanya terfokus pada pekerjaan mereka dan selalu melupakan waktu dengan keluarganya. Padahal, keluarga adalah sesuatu yang penting dan juga harus diperhatikan. Dahulu kita selalu terbaca di surat khabar atau mendengar banyak terjadi kes ‘lari dari rumah’, terutama untuk para anak yang akan memasuki masa-masa remaja. Anak memerlukan perhatian yang lebih untuk mendidik mereka kerana jiwa mereka sangat tidak stabil dan rentan akan hal-hal terentu terutama tentang kehidupan terutama mereka mula melangkah masuk ke dunia remaja kerana mereka mula merasa untuk mencari jawapan apa tujuan mereka hidup mereka dan memerlukan seseorang untuk memberikan jawapan itu. Orang itu seharusnya Ibu Bapa.

Namun yang paling terpenting dalam mendidik anak adalah cintailah mereka dengan ikhlas, kerana dari cinta yang tulus dan ikhlas akan menciptakan masa depan yang cerah buat keluarga. Buat apa orang-orang hidup di dunia ini, jika bukan untuk meraih kebahagian dan ciptakanlah sebuah perasaan yang ikhlas dan berilah mereka sebuah kasih sayang yang tak ada batas kerana mereka anak kita adalah sebagian dari diri kita. Ada beberapa tips ‘Dr Fadzilah Kamsah’ untuk Ibu Bapa atau kepada yang ‘bakal’ menjadi Ibu Bapa untuk mendidik anak mereka:

1. Yang utama, apa yang Anda lakukan
Hal ini merupakan salah satu prinsip terpenting. Anak-anak memerhatikan Anda. Jangan memberikan reaksi yang impulsif.

2. Terlibat dalam kehidupan anak
Tentu memerlukan waktu dan Anda perlu menyusun kembali prioriti Anda. Seringkali, ini bererti mengorbankan apa yang ingin Anda lakukan, dengan melakukan apa yang diinginkan atau diperlukan anak. Selalu siap untuk anak Anda baik secara mental mahupun fizik.

3. Sesuaikan dengan karakter anak
Setiap anak memiliki karakter berbeza. Boleh jadi anak Anda sedang merasa depresi. Memaksanya untuk melakukan keinginan Ibu Bapa bukan merupakan jawapan. Jika perlu, permasalahan ini harus dibincang dengan seorang profesional.

4. Menetapkan dan menerapkan aturan
Bila Anda tidak mengatur perilaku anak dari kecil, Anda akan mengalami kesulitan pada saat dia lebih besar, terlebih ketika Anda tidak ada di dekatnya. Aturan yang dipelajari anak dari Ibu Bapa sejak kecil, akan membentuk aturan-aturan yang diterapkannya di kemudian hari.

5. Membantu mengembangkan kemandirian
Memberikan dukungan terhadap kemandiriannya dapat membantunya mengembangkan arah tujuan yang akan diambil kelak. Banyak Ibu Bapa salah mengertikan kemandirian anaknya, dan menyamakannya sebagai pembangkang dan pemberontak. Anak-anak menuntut kemandirian, kerana kemandirian merupakan bagian dari sifat dasar manusia untuk merasa terkendali, dan bukan merasa dikendalikan oleh orang lain.

6. Bersikap konsisten
Bila aturan yang Anda berikan kepada anak berubah-ubah dari hari ke hari, atau bila Anda memaksa anak melakukan sesuatu hanya untuk waktu yang sebentar-sebentar, wajar jika anak menjadi bingung. Selalulah berusaha bersikap konsisten agar anak Anda tumbuh menjadi orang yang konsisten dan tak bingung dengan tujuan hidupnya.

7. Hindari disiplin kasar
Janganlah pernah punya keinginan untuk mengalahkan anak. Anak yang sering ditampar lebih mudah berkelahi dengan anak-anak lain, dan kemungkinannya lebih besar bagi mereka untuk menjadi penggertak atau menjadi agresif dalam mengatasi perselisihan dengan orang lain. Banyak cara untuk mendisiplinkan anak salah satunya dengan mengikut sunnah Rasulullah saw cara mendisiplinkan keluarganya.

8. Jelaskan aturan dan keputusan Anda
Umumnya, Ibu Bapa memberikan penjelasan yang berlebihan pada anak yang masih kecil, dan memberikan penjelasan yang kurang pada anak yang sudah remaja. Padahal, sesuatu yang nampaknya jelas bagi Anda belum tentu jelas bagi anak Anda yang berusia 12 tahun. Anak Anda tidak memiliki prioriti, penilaian atau pengalaman seperti yang Anda miliki.

9. Perlakukan anak Anda dengan hormat
Cara terbaik agar anak menghormati Anda adalah dengan memerlakukannya dengan hormat. Anda harus memberi kebaikan pada anak Anda seperti kebaikan yang Anda berikan pada orang lain. Berbicaralah dengan cara yang sopan kepadanya. Hormati pendapatnya. Dengarkan dengan sungguh-sungguh bila dia berbicara. Anak-anak akan memperlakukan orang lain sebagaimana Ibu Bapanya memperlakukannya. Hubungan Anda dengan anak Anda merupakan tapak asas bagi hubungannya dengan orang lain.

Wallahu’alam…~











.:::ANNAEM:::.
-jakartabarat-
-khamis, 0833, 20012011-



Monday, January 17, 2011

::. Kerana Sebiji Epal .::

.:: Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang ::.

Assalamu'alaikum...

Semasa mencari kisah tentang Abu Hanifah... saya terjumpa kisah ini...

:: seorang lelaki dan sebiji epal ::








Siang itu udara panas sekali. Seorang anak muda berjalan sendiri, di tengah hutan gersang dengan pepohonan yang jarang. Tampak terhumbang-hambing berjalan. Didera rasa haus dan lapar ia mencuba untuk tetap meneruskan perjalanan. Ternyata di hutan itu ia menemukan sebuah sungai kecil berair cukup jernih.

“Alhamdulillah air ini cukup membantu menghilangkan dahagaku.” Dia berkata dalam hati seraya membasuh mukanya.

Namun setelah air mengalir membasahi kerongkongannya, perutnya pun berteriak minta diisi. Sudah dua hari lebih ia belum makan.  Sepanjang melintasi perjalanan tadi, ia belum menemukan makanan apapun.  Jangankan haiwan liar, pohon yang berbuah pun tak dijumpainya.
Sambil duduk memandangi sungai, ia merenungi perjalanannya, atau lebih tepat pengembaraannya. Telah beberapa waktu dilalui hidupnya untuk mengembara melintasi bumi Allah, sekadar mencari pengalaman hidup dan berguru pada mereka yang ditemuinya.

Tanpa sedar kerana lapar dan ngantuk yang mulai menyerang, dilihatnya satu dua benda yang mengapung di sungai kecil itu. Dipandanginya lebih tepat. Ya, itu adalah buah, seperti buah epal kerana merah warnanya. Bangkit dari duduknya, kemudian mencari sebatang dahan kayu untuk menarik buah itu ke tepi.

“Alhamdulillah, kalau rezeki tak akan kemana. Bismillahirrahmaanirrahiim….hmm, lazat sekali epal ini. Serasa masih baru dipetik dari pohonnya.” Gumamnya, setelah 3-4 gigitan yang telah ditelan, tiba-tiba anak muda itu berhenti mengunyah epal tersebut.

“Astaghfirullah, buah ini belum diketahui siapa yang empunya, sudah aku makan tanpa keizinannya.” Sejenak kemudian mengalir air matanya.Teriesak dia.

“Buah ini belum halal bagiku. Duhai perutku maafkan diriku yang telah memberikan sesuatu yang belum jelas kehalalannya padamu.” Terdiam, buah epal yang sudah separuh dimakan itu kemudian ia pandangi, berpikir mencuba mengolah isi hatinya. Satu sikap yang jarang diketemui dewasa ini.

Zaman ini kejujuran begitu sukar ditemui. Kejujuran sudah menjadi barang antik, jangankan untuk mengembalikan atau menghalalkan sepotong epal, wang berjuta mengelabui mata, sambil tidak ada niat untuk mengembalikannya. Atau untuk hal-hal “kecil” seperti menggunakan barang-barang pejabat untuk keperluan peribadi, sudahkah kita menghalalkannya?

“Aku harus menemukan sumber dari buah epal ini. Bertemu dengan pemiliknya dan meminta kepadanya untuk mengikhlaskan satu buah epal ini untuk menjadi rezekiku.”

Bergegas ia membereskan perbekalannya dan kemudian berjalan menyusuri sungai kecil itu untuk menemukan sumber buah epal yang dimakannya. Hingga sampailah ia di sebuah kebun kecil di pinggir sungai yang disusurinya itu. Tampak ada beberapa ladang dengan beberapa jenis tanaman lain di dekat situ, juga sebuah gudang kecil. Sejurus kemudian terhenti pandangannya pada sebuah rumah yang sederhana namun cukup ceria yang menunjukkan penghuninya adalah orang yang rajin menjaganya. Menujulah ia kesana dengan harap-harap cemas dapat bertemu pemiliknya.

Pemuda Tsabit sesekali membandingkan epal yang ada di tangannya dengan epal yang ada di sekitar kebun itu. Tsabit yakin epal yang ada di tangannya itu berasal dari kebun itu.

“Assalamu’alaikum..”

“Wa alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh..”

Sesusuk lelaki separuh baya muncul dari balik pintu.
“Siapakah engkau wahai anak muda?”

“Nama saya Tsabit bin Ibrahim (orang arab biasa mem'bin'kan nama keturunan yang terkenal mereka agar lebih dikenali dari keturunan mana), apakah tuan pemilik rumah ini, juga kebun dan ladang di dekat rumah ini?

“Betul, sayalah pemiliknya.”

“Apakah kebun epal itu juga milik tuan?”

“Iya, kebun itu milik saya, sekarang sedang berbuah."

“hmm, silakan masuk dan duduk dulu.”

“Begini tuan, saya adalah seorang pengembara, ketika sedang dalam perjalanan, saya menemukan sungai kecil. Di situ kemudian saya temukan beberapa buah epal yang terapung. Kerana lapar yang telah begitu mendera , saya ambil dan saya makan. Saya baru sedar bahawa buah ini pasti ada yang punya sebelumnya, hingga kemudian saya mengikuti sungai tadi dan menemukan kebun dan rumah Tuan” jelasnya sambil memperlihatkan buah epal yang tinggal separuh.

“Hmm….”, lelaki pemilik rumah itu bergumam pendek.
“Maafkan saya, sudilah kiranya Tuan yang baik hati untuk mengikhlaskan buah epal ini untukku. Tanpa keikhlasan Tuan, niscaya buah epal ini akan menjadi barang haram yang saya makan, dan saya akan menyesalinya seumur hidup saya.

Tak terperi rasanya dalam urat nadi saya mengalir darah yang yang disusupi ketidakhalalan. Bagaimana pertanggungjawaban saya terhadap keturunan saya, darah daging saya kelak??” Pemuda ini kembali menyapu air mata yang menggenang..

Pemilik kebun itu adalah seorang yang alim dan soleh. Ia tahu, dalam pandangan agama tidak ada alasan untuk tidak mengizinkan seseorang makan epal yang ditemukan di pinggir sungai.

Ia merenung, “Saya ingin mengetahui, apakah anak muda ini benar-benar seorang yang alim, yang takut pada Allah kerana telah melakukan sesuatu yang ia tidak yakin apakah itu benar atau salah. Atau ia hanya seorang pembual bermuka dua, yang hanya ingin menarik perhatian?” Untuk tujuan menjawab pertanyaan itu, akhirnya pemilik kebun epal memutuskan untuk menguji anak muda tersebut.

Setelah beberapa saat pemilik kebun epal berkata dengan roman muka yang masam. “Anak muda, saya tidak boleh begitu mudah memaafkan kamu, saya punya persyaratan untuk itu.” Tiba-tiba ia mendapat idea untuk menguji anak muda ini.

“Baiklah, tapi saya mengajukan persyaratan. Untuk epal yang telah engkau makan, engkau harus membayarnya dengan bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa bayaran. Jadi engkau hanya akan mendapat makanan dan minuman sehari-hari sebagai upah bekerja itu. Dan untuk itu, engkau boleh menduduki gudang di sebelah itu sebagai tempat bernaungmu.”

Awalnya pemuda Tsabit bercadang untuk membayar epal itu, tetapi pemilik kebun epal tidak mengizinkannya. Tercegat pemuda itu mendengar ucapan si orang tua. Lama ia terdiam, kacau, kalut, menimbang-nimbang. Akhirnya, setelah menghela nafas sambil beristighfar berkali-kali, ia mengangguk. Tidak ada pilihan lain. Ia harus memperbaiki kesalahannya, agar dimaafkan. Tanpa berpikir panjang lagi segera ia menyetujui persyaratan yang sulit itu. Selama tiga tahun ia bekerja untuk pemilik kebun epal itu.

"Tuan, mungkin sudah ditakdirkan oleh Allah, ini sudah menjadi suratan nasib saya. Kiranya Allah mengetahui apa yang terbaik bagi saya demi halalnya makanan yang masuk ke dalam tubuh saya ini.”

Akhirnya bekerjalah sang anak muda itu di kebun dan ladang lelaki tua. Dengan giat dijalani hidupnya di ladang dan kebun tersebut. Seraya selalu memohon keberkahan dalam amalan hidup yang dijalaninya.
Setelah 3 tahun berlalu, anak muda itu kemudian menemui pemilik kebun.
“Tuan, hari ini hari terakhir saya bekerja disini. Saya telah menyelesaikan janji saya memenuhi permintaan Tuan.”

Pemilik kebun epal sedar, bahawa anak muda ini, yang sedang berdiri di hadapannya, adalah orang yang luar biasa. Anak muda ini telah memikat hatinya dan kerananya ia tidak akan membiarkan anak muda ini pergi begitu saja.

Pemilik kebun epal sejenak kemudian menjawab, “Tunggu dulu anak muda, masa 3 tahun sudah engkau jalani, namun saya belum dapat memaafkan. Persayaratan terakhir adalah engkau harus menikahi putri kesayanganku. Yang perlu engkau ketahui bahawa ia tidak dapat menggerakkan tangannya, tidak mampu berjalan, tidak boleh mendengar dan tidak boleh melihat. Seandainya engkau menerimanya sebagai isteri, maka kuikhlaskan buah epal dari kebunku yang engkau makan waktu itu.”

Jujur saja, menikahi seorang wanita cacat, adalah perkara yang sukar. Persyaratan ini sangat berat bagi Tsabit. Tapi hidup dengan mengabaikan suara hati nurani dan ketika kelak meninggal dan akan bertemu dengan Allah, tentunya lebih berat lagi. Tsabit merenung, begitu aneh peranannya dalam kehidupan yang telah terjadi, hanya kerana menemukan epal yang sedang menerapung di tepi sungai, lalu menggigitnya tanpa berpikir panjang. Sambil memandang tanah dengan wajah pucat lesi Tsabit berkata :

“Duhai, ujian apa lagi ini ya Allah, setiap lelaki tentu mengharapkan isteri yang sempurna, secantik bidadari, bermata jeli dengan riasan mahkota permaisuri di kepalanya. Tak terbayang betapa berat semua ini.” Pilu doanya dalam hati.

Namun dia tidak ada pilihan kecuali, “Ya, saya menyetujui persyaratan Tuan, dengan begitu sebaiknya Tuan memaafkan saya.” akhirnya lelaki yang teguh memegang janjinya itu mengangguk. Di dalam setiap ujian, ada hikmah yang semoga dapat meningkatkan ketakwaannya.

Beberapa hari kemudian, Tsabit menikah dengan anak perempuan si pemilik kebun epal secara sederhana. Pada malam harinya, Tsabit pergi menuju kamar pengantin, di mana mempelai wanita telah menunggunya. Di sana ia melihat seorang muslimah impian yang cantik jelita, yang tersenyum padanya. Tsabit merasa takjub dan terpinga-pinga;

“Ya Allah, saya telah salah masuk kamar.” Tsabit bergegas meninggalkan kamar dan sebentar kemudian ayah wanita itu datang menghampirinya.

“Maaf, saya telah salah masuk kamar.” Tsabit mencuba menjelaskan dengan wajah tersipu malu.

“Itu bukan kamar yang salah. Ia adalah anak perempuan saya.” jawab si pemilik kebun epal yang sekarang telah menjadi mertuanya.

“Saya sudah menemuinya. Tapi ia bukanlah anak perempuan seperti yang Tuan ceritakan pada saya. Ia sama sekali tidak cacat seperti yang Tuan katakan.”

Mertuanya berkata sambil tersenyum, “Anakku! Anak perempuan saya lumpuh, kerana ia sampai saat ini tidak pernah memasuki tempat hiburan manapun, ia buta, kerana sampai sekarang tidak pernah memandang laki-laki yang tak dikenalnya, ia juga tuli, karena ia selama ini tak pernah mendengar fitnah dan hanya mematuhi al-Qur’an dan kata-kata Rasululllah saw.”

Subhanallah…. sungguh kesolehan seorang muslimah sejati. Hal Ini juga sudah jarang ditemui. Dewasa ini kita begitu sukar menemukan seorang muslimah yang “buta, bisu, tuli, dan lumpuh” dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Mungkin ada, tetapi begitu sukar menemukannya. Mungkin, bagi seorang laki-laki yang menginginkan muslimah seperti ini, setidaknya harus memiliki kejujuran yang dimiliki oleh Tsabit.

Kerana alasan itulah sang pemilik kebun mempertimbangkan secara mendalam dan akhirnya mengambil keputusan menyerahkan anak perempuannya kepada Tsabit, kerana dia telah yakin bahawa Tsabit cocok mendampinginya. Kerana takut pada sari epal yang telah masuk ke dalam perutnya, setuju untuk bekerja selama 3 tahun hanya agar kesalahannya dimaafkan.

“Alhamdulillah, selama hidup saya tidak pernah makan sesuatu atau memberikan sesuatu yang dilarang Allah pada anak saya untuk dimakan. Anak perempuan saya baik dalam segala hal. Kalian adalah pasangan yang serasi. Semoga Allah swt memberkati kalian dan menganugerahkan kalian anak yang soleh. Saya memberikan kebun epal ini sebagai hadiah pernikahan kalian. Sekarang, pergilah menemui isterimu.”

Setelah mendengar kata-kata itu, Tsabit segera melupakan semua kegundahan di hatinya selama ini dan pergilah ia menemui pasangan hidupnya yang berharga dan sangat dikasihinya. Dari pernikahan ini lahirlah Imam besar Abu Hanifah (Nu’man bin Tsabit bin Zautha bin Maha).

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Tsabit telah memakan setengah buah epal, terus mencari pemiliknya meskipun harus menempuh perjalanan sehari semalam. Kemudian dia sanggup untuk berkerja selama 3 tahun hanya kerana supaya pemilik kebun menghalalkan sebiji epal yang hanya dimakannya separuh serta terpaksa menikahi anak pemilik kebun meskipun dikatakan bahawa puterinya tersebut buta, tuli, bisu, dan lumpuh. Sungguh semua itu dilakukan Tsabit demi kehalalan sebuah epal. Namun kerana ‘kehalalan’ inilah dia beroleh berkah dari Allah.

Kita seringkali mendengar dari orang bagaimana untuk memilih calon isteri seperti yang di suruh nabi junjungan besar kita Nabi Muhammad saw.

"Dinikahi perempuan itu kerana empat perkara: kerana Hartanya,Keturunannya,Kecantikannya dan Agamanya. Maka pilihlah dalam hal keagamaannya, nescaya beruntunglah kedua-dua tanganmu"

(HR Bukhari dan Muslim)

Dari hadith tersebut dapat membayangkan kita bagaimana syarat-syarat yang terbaik bagi seorang lelaki untuk mencari pasangan hidupnya,di dunia mahupun di akhirat.

Tetapi cuba kita renungkan,adakah adil bagi kita seorang lelaki memiliki seorang perempuan seperti yang di gambarkan dalam hadith tersebut jika sendiri tidak memiliki ciri-ciri seorang yang sekufu dengan ciri-ciri yang di sebut dalam hadith tersebut,dalam hal ini sejujur Tsabit bin Ibrahim yang di ceritakan di atas. Allah pernah berfirman dalam al-Qur'an yang menyebut..

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk lelaki-lelaki yang keji, dan lelaki-lelaki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji. Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk lelaki-lelaki yang baik dan lelaki-lelaki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik....."

(QS An-Nur: 26)

Pengajaran dari kisah Tsabit tadi telah membuatkan saya terfikir… adakah lagi lelaki yang sejujurnya di zaman ini selain dari saya bertanya kepada diri sendiri apakah diri saya ini memiliki satu sifat terpuji sepertinya…

Sesungguhnya orang jujur, mengotakan janji dan sabar serta berserah kepadaNya adalah tergolong dalam orang-orang yang kasihi Allah…


Wallahu'alam...~




.:::ANNAEM:::.
-jakartabarat-
-isnin, 0020, 17012011-


Saturday, January 15, 2011

::. Why...? .::

.::In the name of Allah, Most Gracious, Most Compassionate::.

Assalamu'alaikum...

Sometimes when I'm thinkin... Why?

Sometimes we forget
Sometimes we're idle
Sometimes we're blind
Like we do not know that
He's watching us...

Ya Allah..

Indeed humans are forgetful by nature
Even if overwhelmed by a thousand advice every time
Still hard to penetrate the heart because of sins
That form a barrier between me and Him

Back then in the dark gloomy world
Although lights,fast songs made me dance
Together with them on the same ark
Drenched in sweat oh' filled with shame
Yes.. I forgot


If you ask me honestly 
Why is the world like a magician
Playing the illusion and blurring the mind
Everything in front of our eyes looks oh' so good
But in actual fact oh' it's the opposite

His book,His words which I'd once forgotten
I start to recite even if I'm slow as a turtle
For I know this is the book of answers to
The world's crossword puzzle


I'm day dreamin.. 
Happily engrossed even for awhile
But the pleasure..
Can't be expressed
Why?
Because I have no grasp of reality
I'm lost amidst the worldliness
World oh' world

I am only human
Who often forget
Who are always idle
With the lies and deceit oh' world

Ya Rabbi
I submit everything
Accept my prayer

I'm helpless
Please forgive..Please forgive…
Give me the light 
Please forgive me..Please forgive me…
Place me in your paradise 


I had my doubts before..
But now I'm certain
Alhamdulillah…~








.:::ANNAEM:::.
-jakartabarat-
-saturday, 1730, 15012011-