Wednesday, August 4, 2010

::. Bersediakah Anda...? .::


ok beliau sangat cute~ (gamba xde kaitan) :P

Persiapan untuk menghadapi sesuatu, tidak dapat sempurna kecuali dengan selalu mengingatnya di dalam hati. Sedangkan untuk selalu mengingat, tidak dapat dilakukan kecuali dengan mendengarkan dan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengannya.

Orang yang tenggelam dalam arus dunia, cinta kepada tipu dayanya dan mencintai kenikmatannya adalah orang yang hatinya lalai dari mengingat kematian. Bahkan jika diingatkan, ia benci dan menghindar. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan dalam firman Allah :

Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu lakukan.” (QS al-Jumu‘ah [62] : 8)

Adapun orang yang bertaubat, ia sering mengingat kematian untuk menumbuhkan rasa takut di dalam hatinya, lalu ia terus menyempurnakan taubat. Ciri-ciri orang ini adalah bahawa ia selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.

Ibnu Umar ra. berkata, “Aku datang menemui Nabi saw. bersama sepuluh orang, lalu salah seorang dari kaum Anshar bertanya, ‘Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia, wahai 
Rasulullah?’ Beliau menjawab,
‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah orang-orang cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kemuliaan akhirat’. ” (HR Ibnu Majah)

Sebahagian kaum bijak menulis surat kepada salah seorang saudaranya, “Wahai Saudaraku, hati-hatilah terhadap kematian di kampung ini (dunia), sebelum engkau kembali ke suatu kampung di mana engkau mengharap kematian tetapi tidak akan mendapatkannya.”

Shafiyah ra. bercerita, “Seorang wanita mengadu kepada Aisyah ra. tentang kekerasan hatinya. Lalu Aisyah memberi nasihat, ‘Perbanyaklah mengingat kematian, nescaya hatimu akan lembut.’ Lalu wanita itu melaksanakan saran Aisyah, sehingga hatinya menjadi lembut. Kemudian ia datang berterima kasih kepada Aisyah.”

“Tidakkah kalian melihat bahawa setiap hari, kalian menyiapkan orang-orang yang pergi kepada Allah? Kalian meletakkannya di dalam lubang kubur dengan berbantalkan tanah. Dia telah meninggalkan orang yang dicintai,” pesan Umar bin Abdul Aziz.

Ibnu Mas‘ud ra. berkata, “Orang yang berbahagia adalah orang yang mengambil pelajaran dari orang lain.”

Cara untuk selalu mengingat kematian adalah dengan mengosongkan hati dari segala sesuatu, selain mengingat kematian yang ada di hadapannya. Seperti orang yang ingin bermusafir untuk keuntungan besar atau mengarungi lautan, sehingga ia hanya memikirkan hal itu. Jika mengingat kematian telah meresap di hatinya, maka pasti akan memengaruhinya.

Kita mengingat kematian mereka dan pembaringan mereka di dalam kubur. Selain itu juga membayangkan wajah-wajah mereka ketika masih ketika hidup dahulu dan merenungkan bagaimana sekarang tanah kuburan telah menimbun mereka.

Abu Darda’ ra. Pernah berkata, “Jika engkau mengingat orang-orang yang telah mati, maka anggaplah dirimu sebagai salah seorang di antara mereka.”

Ziarah kubur juga termasuk hal yang akan mengingatkan kita pada akhirat (termasuk di dalamnya kematian, sebagai pintu menuju akhirat), sebagaimana sabda Nabi saw. :
Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, namun sekarang berziarahlah, kerana hal itu akan menjadikan sikap hati-hati di dunia dan akan dapat mengingatkan pada akhirat. (HR Ahmad)

Sesungguhnya dahulu aku melarang kalian menziarahi kuburan, tetapi sekarang Muhammad telah memperoleh izin untuk menziarahi kuburan ibunya, kerana itu berziarahlah kalian; sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan akhirat. (HR Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan an-Nasa’i, sedangkan lafaz hadith ini menurut riwayat Tirmidzi)

Namun demikian, tabiat manusia adalah kalau kita sudah sering melihat atau mendengar sesuatu, maka sesuatu itu tidak akan membawa kesan besar. Contohnya, kita sudah selalu melihat orang mati, biasanya perasaan kita akan seperti biasa-biasa saja dalam memandang kematian. Jika kita setiap hari bergaul dengan orang sakit, maka nikmat sehat tidak begitu terasa. Bahkan, jika kita melihat kemaksiatan setiap saat, hal itu akan kita anggap wajar, bukan sebuah kesalahan.

Oleh kerana itu, sebaiknya kita mencari sendiri teknik yang paling sesuai untuk kita. Setiap orang mempunyai kecenderungan dan kebiasaan masing-masing. Setiap orang adalah unik, tidak boleh dibentuk sama. Sebuah cara yang berhasil untuk orang lain, noleh jadi tidak mempunyai efek bagi yang lain.

Dalam puisinya, Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa‘id bin Hazm al-Andalusi berpesan :

Duhai kau!
Yang suka bermain-main di dunia ini
Ingat! Kehidupan dunia tak kan abadi
Tak cukupkah bagimu segala
hei... jangan
Hingga kauhabiskan waktumu dalam permainan
Negeri yang fana ini segeralah kautinggalkan
Kerna kenikmatannya tak lebih dari permainan
Tak ada yang abadi dalam kenikmatan dunia
Semua kan sirna bila waktunya tiba

Dunia ini pinjaman yang harus kaukembalikan
Pesonanya sesaat, fana dan hanya fatamorgana
Yang berakal tak kan terkecoh kilau-kemilaunya
Kerna ia tahu ada kehidupan abadi di sana
Orang beriman tak betah di negeri persinggahan
Karna, negeri persinggahan bukanlah tujuan
Dunia tak terfikir, akhiratlah yang jadi fikiran

Kematian tidak perlu ditakuti, kerana hakikatnya kita pun pernah mengalaminya, iaitu saat ketiadaan wujud kita di pentas dunia ini, sebelum kita dilahirkan. Kematian kedualah yang kita bahas di sini, iaitu kematian ketika ruh meninggalkan jasad, menuju alam barzakh, pintu menuju akhirat.

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS al-Baqarah [2] : 28)

Orang-orang durhaka pun mengakui bahawa mereka dihidupkan Allah dua kali dan dimatikan dua kali, sesuai firman-Nya: “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi) kami untuk keluar (dari neraka)?” (QS al-Mu’min [40] : 11)

Allah mematikan kita, agar kita dapat meningkat menuju hidup yang lebih sempurna. Kesempurnaan hidup manusia hanya dapat diraih dengan iman, amal soleh dan dengan meninggalkan dunia ini.

Ar-Raghib al-Isfahani menulis, “Kematian merupakan tangga menuju kebahagiaan abadi. Ia merupakan perpindahan dari tempat ke tempat lain, sehingga dengan demikian ia merupakan kelahiran baru bagi manusia. Manusia dalam kehidupannya di dunia ini, dan dalam kematiannya, mirip dengan keadaan telur dan anak ayam. Kesempurnaan wujud anak ayam adalah menetasnya telur tersebut dan keluarnya anak ayam tadi meninggalkan tempatnya selama di dalam telur. Demikian pula manusia, kesempurnaan hidupnya hanya dapat dicapai melalui perpindahannya dari tempat ia hidup di dunia ini, sehingga—dengan demikian—kematian itu adalah pintu menuju kesempurnaan, kebahagiaan, syurga yang abadi.”

Seseorang pernah ditanya tentang kematian, dan dia menjawab dengan penuh optimis, padahal dia adalah orang biasa-biasa sahaja, bukan golongan intelektual atau alim ulama.
“Takutkah Anda akan mati?”
“Ke manakah aku pergi bila aku mati?” dia balik bertanya.
“Kepada Tuhan.”
“Kalau demikian, aku tidak perlu takut, kerana aku sedar bahawa segala sesuatu yang bersumber dari Tuhan adalah baik. Tuhan tidak akan memberikan kecuali yang terbaik.”

Dengan kematian, manusia akan bebas bergerak, tak perlu menempa diri, mengendalikan syahwat, melawan syaitan, serta tak ada lagi larangan dan perintah. Kematian merupakan hadiah sekaligus penebus dosa bagi umat Rasulullah saw.

Hadiah bagi seorang mukmin adalah kematian.
(HR Ibnu Abi Dunya, Thabrani dan Hakim)

Kematian adalah kafarat (penebus dosa) bagi setiap muslim.
(HR Abu Nu‘aim, Baihaqi dan al-Khatib)

Maksud hadith tersebut yaitu, kematian akan menyucikan dosa-dosa kecil setelah seorang muslim menjauhkan diri dari dosa-dosa besar dan menunaikan segala kewajiban.

Ka‘ab berkata, “Siapa mengenal kematian, maka segala penderitaan dan kesusahan dunia menjadi ringan baginya.”

Allah mematikan kita, agar manusia lain dapat merasakan hidupnya. Betapa sempit bumi ini, jika semua yang hidup bertahan hidup. Dan, betapa jenuh kehidupan ini, jika usia berlanjut (tidak pernah mati) tetapi disertai dengan kelemahan, penyakit dan kehilangan harapan. Sungguh kematian adalah nikmat, apalagi jika disedari bahawa ia merupakan pintu menuju kebahagiaan abadi.

Bahkan, setiap hari kita sudah mengenal saudara kematian, iaitu tidur. Allah SWT berfirman :
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain (yang tidur) sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS az-Zumar [39] : 42)

Fakhruddin ar-Razi mengatakan, “Yang pasti adalah, tidur dan mati merupakan dua hal dari jenis yang sama. Hanya saja kematian adalah putusnya hubungan secara sempurna, sedang tidur adalah putusnya hubungan tidak sempurna dilihat dari beberapa segi.”

Rasulullah saw. mengajarkan agar kita membaca doa pada saat bangun tidur :
Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami (membangunkan dari tidur) setelah mematikan kami (menidurkan). Dan kepada-Nya jua kebangkitan (kelak).
Seorang falsafah Jerman, Schopenhauer berkata, “Mengantuk itu nikmat, tapi lebih nikmat lagi tidur. Sedangkan yang lebih nikmat daripada tidur adalah mati.”


Pernah aku curhat pada jiwa
Namun malah terbang menjadi bayangan pahlawan
Tak guna  kau, kenapa tidak memperhatikan
Jika kau mohon sehari saja diundurkan dari ketetapan ajal
Tak akan dipenuhi
Bersabarlah menghadapi maut, bersabarlah
tak seorang pun mampu menggapai keabadian
Pakaian kehidupan itu bukanlah pakaian kekuasaan
Kerana boleh diambil dari seorang saudara yang menginginkan
Aku tak mahu....
Pabila masa itu tiba
Kulihat tubuhku terbujur kaku
Tak ada daya untuk berontak
Tak ada kuasa untuk berteriak
Hey kawan, katakan padaku, apa yang terjadi?!!
Soalan  yang tak mungkin terbalas... Mereka pergi meninggalkan berseorangan
Munkar Nakir tiba... menyesal tak sudah...
.:: ANNAEM::.

‘Aidh al-Qarni memberi nasihat :

Segeralah bertaubat nasuha
Sebelum datang kematian dan dicabutnya ruh
Jangan meremehkan bentuk dosa
Segala perbuatan itu tergantung kepada akhir
Dan, siapa yang benar-benar suka bertemu dengan Allah
Maka, Allah lebih mencintai orang itu
Dan, sebaliknya orang yang membenci
Allah akan bertanya tentang rahmat-Nya
Baik yang didapat dengan mudah ataupun bersusah-payah

Marilah kita bersama-sama berdoa kepada Allah,  Yang Maha Menghidupkan (Al-Muhyi) dan Yang Maha Mematikan (Al-Mumit).

Ya  Allah, akhirilah hidup (wafatkanlah) kami dalam keadaan husnul khatimah. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keadaan su’ul khatimah, ameeen...~

Sumber dari:
  • Ibnu Hazm al-Andalusi, asy-Syaikh, “Di Bawah Naungan Cinta(Thawqul Hamâmah) – Bagaimana Membangun Puja Puji Cinta Untuk Mengukuhkan Jiwa”, Penerbit Republika, Cetakan V : Mac 2007
  • ‘Aidh al-Qarni, Dr, “Sentuhan Spiritual ‘Aidh al-Qarni (Al-Misk wal-‘Anbar fi Khuthabil-Mimbar)”, Penerbit Al Qalam, Cetakan Pertama : Jumadil Akhir 1427 H/Julai 2006
  • Manshur Ali Nashif, asy-Syaikh, “Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah saw. (At-Tâju al-Jâmi‘u lil-Islâmi fî Ahâdîtsi ar-Rasûli)”, CV. Sinar Baru, Cetakan pertama : 1993
  • M. Quraish Shihab, Dr, “‘Membumikan’ Al-Qur’an”, Penerbit Mizan, Cetakan XXX : Dzulhijjah 1427H/Januari 2007
  • Sa‘id Hawwa, asy-Syaikh, “Kajian Lengkap Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” (Al-Mustakhlash fi Tazkiyatil Anfus) – Intisari Ihya ‘Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara, Cetakan IV : November 2006M. Quraish Shihab, Dr, “Wawasan Al-Qur’an – Tafsir Maudhu‘i atas Pelbagai Persoalan Umat”, Penerbit Mizan, Cetakan XIX : Muharram 1428H/ Februari 2007
 Semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati dan menyatukan hati semua umat Islam dan selamatkanlah Palestin dari musuhMu, ameeen... ~












.:::ANNAEM:::.
-jakartabarat-
-Rabu, 1723, 04082010-

No comments: