Monday, January 31, 2011

::. TanggungJawab Dalam Keluarga .::



.::Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang ::.


Assalamualaikum...~





Sungguh, baiknya umat Islam hanyalah dapat diraih dengan cara kembali kepada ajaran Islam yang lurus itu sendiri. Baik dalam permasalahan aqidah, cara pengajaran mahupun aturan kehidupan. Ajaran Islam seharusnya dipraktikkan dalam seluruh aspek kehidupan, kemasyarakatan, ekonomi mahupun politik. Asas dari seluruh elemen masyarakat adalah sebuah keluarga muslim. Pembinaan (Tarbiyah) keluarga muslim berujud pendidikan Islam dan pelaksana utama dari pendidikan ini adalah bermula dengan seorang ibu muslimah dan ayah yang muslim.



Tegaknya sebuah keluarga muslim memberikan andil yang sangat besar bagi terlaksananya dakwah islamiyah. Islam sendiri memberikan tanggung jawab yang begitu agung kepada keluarga baik dia seorang ayah mahupun ibu untuk memberikan pendidikan, pengetahuan, dakwah dan bimbingan kepada anggota keluarganya.



Ali bin Abi Thalib ra dan Ibnu Abbas ra menyatakan “Berikan pendidikan, ajarilah dengan ketaatan kepada Allah, serta takutlah dari kemaksiatan. Didiklah anggota keluargamu dengan dzikir yang akan menyelamatkan dari api neraka”



 ( Ibnu Katsir dan At Tabari).


Berkaitan dengan tanggung jawab keluarga muslim ini Nabi Muhammad saw menerangkan secara umum tanggung jawab seorang pemimpin.



“Ketahuilah bahawa kalian semua adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian. Pemimpin di antara manusia dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Lelaki  adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin dalam rumah tangga serta anak-anak suaminya dan dia akan ditanya tentang mereka. Budak/ pembantu / hamba adalah pemimpin dari harta tuannya dan dia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah bahawa kamu sekalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang tentang kepemimpinannya”



(HR  Bukhari)







Tanggung jawab yang disebut pada hadith di atas bersifat umum dan menyeluruh. Tanggungjawab seorang suami tidaklah hanya sebatas memenuhi keperluan material sahaja, demikian halnya dengan seorang isteri. Ia tidaklah hanya bertanggungjawab terhadap kebersihan rumah, atau menyiapkan makanan semata. Akan tetapi keduanya dari kedudukan yang berbeza mempunyai tanggungjawab terhadap pendidikan keimanan keluarga termasuk di dalamnya tanggung jawab dakwah.



Al Qur’an dan Hadith sumber pedoman kita menegaskan tanggungjawab kedua ibubapa dalam aktiviti keluarga dan pengaruhnya terhadap anak. Seorang isteri memiliki tanggungjawab yan berbeza dengan dengan suami. Dan ia adalah pemimpin sebagaimana yang disinggung dalam hadith tadi. Secara nyata tanggungjawab seorang isteri terhadap rumah tangga dan anak-anak suaminya sangatlah luas. Panjangnya kebersamaan seorang ibu dengan anak secara automatik memberikan warna tersendiri bagi perkembangan pendidikan fisik maupun mental dari si anak.



Apabila kita timbang tanggungjawab seorang suami dengan seorang isteri maka akan kita dapatkan bahawa tanggungjawab seorang isteri sangatlah besar kerana dialah yang melahirkan anak, menyusuinya, dan menemani serta mendidik anak dari jam ke jam, hari ke hari. Bahkan ketika seorang anak masih kecil, kemudian berkembang menjadi remaja dan menjelang dewasa, di dalam rumah mahupun di luar rumah ibu senantiasa mewarnai bentuk kehidupan anak hingga mungkin ayah telah tiada maka ibulah yang tetap mendampingi puteranya untuk menghadapi masa depan. Inilah hikmah diperintahkannya wanita untuk berada di rumahnya.



“Dan hendaknya kalian tinggal di rumah-rumah kalian”



 (QS Al Ahzab: 33)



Inilah sebagian tanggung jawab yang diberikan oleh Islam kepada keluarga.
“Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka”



 (QS At Tahrim: 6)




Dalam kehidupan keluarga sudah seharusnya saling mengisi dan memberi dalam suasana apapun. Kerana keluarga merupakan unit yang teramat kecil dalam kehidupan sosial masyarakat, baik buruknya sebuah keluarga merupakan cermin dari kehidupan bermasyarakat. Sebuah keluarga yang baik bermaksud mendukung berdirinya bagai sebuah masyarakat yang baik dan maju. Maka dari itu ciptakan keluarga yang baik, ideal dan harmoni. Namun dalam pembentukan keluarga yang harmoni perlu banyak dukungan dan pengertian yang cukup antara suami dan isteri dan juga anggota keluarga yang lain.



Apabila seorang ibu melahirkan, dia mengucapkan… "Subhanallah.. betapa besar rahmat Allah kepada mahluknya", desah seorang ibu yang baru saja keluar dari ruang bersalin dengan cucuran air mata dan peluh keringat didahinya. Empat puluh minggu sudah ia mengandung si buah hati yang telah dinanti-nantikannya. Pada akhirnya si buah hati hadir ke dunia dengan seizinNya. Dan tidak terasa, air mata pun menitis ketika pertama kali menyusui  si buah hati di dalam dakapannya. Terbayang dalam ingatannya, betapa besar pengorbanan ibu dan ayahnya yang telah membesarkannya. Rasanya, barulah ia sedar, apa sajakah yang telah ia berikan untuk kedua orang tuanya selama ini dan apa sajakah yang telah ia membalas terhadap kedua orang tuanya...?



Mungkin begitulah perasaan setiap anak yang baru saja merasakan peran barunya sebagai ibubapa. Islam sebagai agama yang sempurna mengatur hubungan ibubapa-anak ini. Dengan berpedoman kepada Al Qur'an dan As Sunnah, akan disebutkan bagaimana Islam mengatur hubungan ini.




Tanggungjawab ibubapa terhadap anaknya:
1. Berusaha menjaga anak dari gangguan syaitan sebelum dilahirkan
2. Mempunyai perhatian terhadap anak ketika masih dalam rahim ibunya
3. Menampakkan kegembiraan ketika anak dilahirkan
4. Azan ditelinga anak yang dilahirkan
5. Menyuapi anak yang dilahirkan dengan kurma yang dimamah
6. Memberikan nama yang baik
7. Menyembelih aqiqah, mencukur rambut anak
8. Mengkhitan
9. Menyusui
10.Memberikan pendidikan dan pengajian
11.Memberikan nafkah
12.Menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap anak
13.Memperhatikan keadaannya dan mengarahkannya untuk mendapat pekerjaan yang disukai
14.Melatih bekerja dan menghindarinya dari sifat malas
15.Menjaga kesuciannya dan menikahkannya di kala ia perlukan dan mampu
16.Menyamakan pemberian kepada anak




Islam telah memberikan tuntunan bagi umatnya di dalam menjalankan peranan kehidupannya sebagai ibubapa ataupun sebagai anak. Begitu sempurnanya ajaran Islam, sehingga seorang anak telah dijaga keselamatannya sebelum menjadi calon bayi dan ketika menjadi janin pun telah diperhatikan, misalnya dengan sering mengajak berbicara atau membacakan Al Qur'an ketika anak masih terbungkus di dalam rahim ibunya. Dan di saat kelahirannya pun,disyariatkan dalam Islam untuk menyambut gembira atas berita kelahiran. Kemudian mengenalkan kalimat Allah pada pertama kalinya dengan mengumandangkan azan pada telinga kanan dan iqamat pada telinga kiri. Lalu memamahkan kurma untuk membersihkan langit-langit mulut sang anak.



Dan pada hari ketujuh, dianjurkan menyembelih aqiqah, mencukur rambut yang kemudian bersedekah seberat timbangan cukuran rambutnya dan memberikan nama yang baik. Yang tidak lain mempunyai hikmah sosial dan kebersihan.



Kemudian para ibu dianjurkan menyusui bayinya sampai umur dua tahun, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan untuk anak laki-laki diwajibkan khitan, yang tak lain adalah untuk kebersihannya.



Anak dibesarkan dengan lemah lembut, dengan kasih sayang, dan diberikan pendidikan, nafkah lahir dan batin. Terhadap anak perempuan, orang tua berkewajiban menghidupinya sampai ia bersuami. Sedangkan bagi anak lelaki, begitu memasuki akil baligh, ia berkewajiban menghidupi diri, sesuai dengan yang diajarkan oleh kedua ibubapanyanya. Dengan demikian untuk anak laki-laki, ia sudah mulai belajar bertanggungjawab. Sedangkan untuk anak perempuan, kesucian dan kemuliaannya akan tetap terjaga, dengan adanya tanggung jawab ibubapa kepadanya.

Tanggung jawab anak terhadap ibubapa:
1. Berbuat baik terhadap orang tua
2. Tidak durhaka kepada orang tua
3. Berbakti setelah keduanya meninggal





Sebagai anak, Allah swt perintahkan untuk berlaku baik kepada kedua orang tua, dan bila keduanya telah berusia lanjut, kita harus semakin berbuat baik kepadanya, tidak sepatah kata 'ah/cih' pun yang dibolehkan keluar dari mulut kita. Kerana termasuk dosa besar apabila kita durhaka kepadanya.
"Abu Hurairah meriwayatkan, bahawa ada seorang lelaki menghadap Rasulullah saw, untuk menanyakan siapakah orang yang lebih patut diperlakukan dengan baik? Maka jawab Rasulullah saw: "Ibumu". Ia pun kemudian bertanya lagi: "lalu siapa lagi?"  Maka jawab beliau tetap: "Ibumu". Ia pun bertanya lagi: Lalu siapa lagi? Jawab beliau tetap: "Ibumu". Lalu ia bertanya lagi: "Lalu siapa lagi?". Maka kali ini jawab beliau: "Ayahmu".



(HR Bukhari dan Muslim)





Allah juga menyuruh kita sebagai anak untuk bersyukur kepadaNya dan kepada ibubapa kita.
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada Ku lah kembalimu".



(QS Luqman: 14)




Dan begitu pula bila keduanya dipanggilNya pun, kita masih berkewajiban berbakti kepadanya iaitu dengan menshalatkannya. membacakan istighfar, melaksanakan wasiatnya, menghubungi keluarganya dan menghormati teman-teman keduanya.



Wallahu'alam...~







.:::ANNAEM:::.
-jakartabarat-
-isnin, 0920, 31012011-

No comments: